PUSLITBANG SDA DAN INHOLLAND HOGESCHOOL BAHAS SUNGAI CITARUM HULU

BANDUNG - Dalam rangka kegiatan “Field Visit”, mahasiswa tingkat 3 dan 4 Jurusan Teknik Sipil Inholland Hogeschool menyambangi Pusat Litbang SDA untuk memperluas pengetahuan baik secara keilmuan maupun pengalaman dalam kegiatan litbang di Sungai Citarum Hulu. (23/10).

Kedatangan mahasiswa Inholland Hogeschool dan pendampingnya disambut hangat oleh Kepala Puslitbang SDA, Prof. Dr. Ir. Eko Winar Irianto, MT, Kepala Balai Litbang Hidrologi dan Tata Air (HITA) Drs. Irfan Sudono, MT, Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air BBWS Citarum Suwarno, ST, M.TECH, Kabag Keuangan dan Umum Drs. Endar P. Satriyanto, MT, Kasi Penerapan dan Pelayanan Balai Litbang HITA Heruyoko, ST., MT, dan segenap pejabat lainnya.

Dalam sambutannya, Ir. Niek Brandsma selaku pendamping sekaligus pengajar mengatakan bahwa tujuan dari kunjungan lapangan ini adalah untuk berkenalan dengan proyek-proyek teknik sipil yang berbeda dari yang ada di Belanda, karena perbedaan iklim, topografi dan geologi, serta perbedaan dalam demografi dan budaya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang tantangan yang dihadapi insinyur sipil di Indonesia.

Niek yakin bahwa kunjungan lapangan ini akan sangat bermanfaat untuk memetik ilmu tentang program pengelolaan sumber daya air terpadu di BBWS Citarum, karena memiliki komponen teknik sipil yang besar, dan juga karena mengandung contoh menarik dari solusi berkelanjutan.

Selama kunjungan mahasiwa dan pendampingnya mendapatkan penjelasan tentang kegiatan litbang di Sungai Citarum Hulu, termasuk dengan langkah-langkah penanganan banjir di Kota Bandung yang telah dilakukan maupun yang sedang berjalan oleh Pusat Litbang SDA bersama BBWS Citarum.

Paparan disampaikan secara interaktif oleh Kepala Balai Litbang HITA dan Kabid Pelaksanaan Jaringan Sumber Air BBWS Citarum. Selain kegiatan litbang mengenai Citarum Hulu, mahasiswa pun diajak meninjau proyek pembangunan Terowongan Kembar Curug Jompong atau disebut juga Terowongan Nanjung.

 

Dalam kunjungan lapangannya, dijelaskan bahwa tunnel air ini dapat mengurangi 13 persen luas genangan air atau 700 hektare di cekungan Bandung. Jika diasumsikan satu hektare lahan dihuni oleh 20 ribu Kepala Keluarga (KK), maka dengan adanya tunnel air ini jumlah KK yang berhasil diselamatkan dari banjir sekitar 14 ribu KK. (Humas Pusair)